Senin, 17 September 2012

MAKALAH POLEMIK PEMBATASAN BBM BERSUBSIDI


BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Di awal tahun 2012 ini rakayat Indonesia kembali mendapat kado pahit dari pemerintah dengan adanya rencana pembatasan secara perlahan-lahan penggunaan BBM bersubsidi sampai akhirnya akan di hapuskan. Pemerintah Indonesia rencananya akan memberlakukan hal tersebut mulai 1 April 2012 mendatang. Namun, masih terjadi polemik diberbagai lapisan masyarakat.
Pemerintah pusat beralasan pembatasan BBM bersubsidi ini dilakukan karena anggaran untuk BBM bersubsidi sangatlah memberatkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Pemerintah juga berencana untuk mengalihkan BBM menjadi BBG atau bahan bakar gas. Selain itu pemerintah juga berdalih bahwa BBM bersubidi sekarang sudah tidak tepat sasaran.
Padahal BBM bersubsidi adalah salah satu sumber energi yang sangat mendukung pergerakan masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang ada dikalanganka ekomomi menengah ke bawah. Sejumlah pihak kemudian angkat bicara dan menentang rencana tersebut.
Dengan melakukan pemabatasan, pemerintah membuat rakyat semakin kalang kabut. Karena harga BBG tentunya diatas dari harga BBM terutama BBM bersubsidi. Selian itu juga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia usaha terutama usaha mikro.
Maka dari itulah kami berusaha membahas dampak-dampak dari berbagai hal mengenai BBM bersubsidi dan usaha pembatasannya. Agar kita dapat menarik kesimpulan dari polemik pembatasan BBM bersubsidi ini. Sehingga langkah yang kita ambil tidak merugikan siapa pun di masa yang akan datang.
2.      RUMUSAN MASALAH
a.       Apakah BBM bersubsidi itu ?
b.      Bagaimana dampak bila BBM bersubsidi tetap digunakan secara umum ?
c.       Apakah dampak bila BBM bersubsidi dibatasi ?
d.      Bagaimana solusi untuk mengatasi polemik pembatasan BBM bersubsidi ?
3.      TUJUAN MAKALAH
a.       Untuk mengetahui apa itu BBM bersubsidi
b.      Untuk mengetahui dampak dari BBM bersubsidi apabila tetap digunakan secara umum
c.       Untuk mengetahui dampak dari BBM bersubsidi apabila penggunaannya dibatasi.
d.      Untuk mengetahui bagaimana solusi untuk mengatasi polemik pembatasan BBM bersubsidi.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      BBM bersubsidi.
BBM ( bahan bakar minyak ) adalah senyawa hidrokarbon yang dibentuk dari proses yang berlangsung dalam skala waktu geologis. Bahan bakar minyak sendiri merupakan hasil pengilangan dari minyak bumi ( minyak mentah ) yang telah melalui proses pemurnian dan pengubahan struktur serta komposisinya. Proses pemurnian dan pengubahan srtuktur serta komposisinya berlangsung di kilang minyak yang merupakan tempat pengolahah sekaligus distribusi awal BBM. BBM digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor terutama untuk jenis premium, pertamax, dan solar. Namun adapula yang digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti LPG dan minyak tanah.
Dalam skala kehidupan manusia, BBM merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Artinya, suatu saat nanti akan habis dan sebelum habis harganya akan terus meningkat. Di Indonesia pemerintah menjalankan sebuah program yakni BBM bersubsidi untuk membantu rakyat kecil.
Subsidi ( disebut juga subvensi) adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut (misalnya karena operasi merugikan yang terus dijalankan) atau peningkatan harga produknya atau hanya untuk mendorongnya mempekerjakan lebih banyak buruh (seperti dalam subsidi upah). Jadi BBM bersubsidi adalah bahan bakar minyak yang digunakan untuk kendaraan bermotor yang pembeliannya sebagian di tanggung oleh pemerintah melalui APBN ( Anggara Pendapatan Belanja Negara ) sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap rakyat miskin. Subsidi BBM dapat pula diartikan sebagai bayaran yang harus dilakukan oleh pemerintah pada Pertamina dalam simulasi dimana pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas menyediakan BBM di tanah air adalah lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. BBM bersubsidi sangat membantu rakyat Indonesia dalam melakukan mobilisasi untuk kehidupn sehari-hari. BBM bersubsidi yang digunakan di Indonesia adalah bahan bakar minyak jenis premium.
2.      Dampak Penggunaan BBM Bersubsidi Secara Umum
BBM bersubsidi adalah salah satu contoh kebijakan ekonomi yang berjalan tidak adil. Karena secara konseptual BBM bersubsidi digunakan untuk membantu warga negara yang kurang mampu, namun kenyataannya disalahgunakan oleh kalangan kelas menengah keatas. BBM bersubsidi yang lebih banyak dinikmati oleh kalangan menengah keatas mengindikasikan BBM bersubsidi yang salah sasaran.
Menurut data dari sebuah survei misalnya, pemilik mobil pribadi rata-rata menikmati subsidi dari BBM sebesar 1,2 juta perbulan, sangat tidak sebanding dengan apa yang diterima oleh masyarakat yang kurang mampu terutama yang tidak mempunyai kendaraan bermotor. kendaraan-kendaraan roda dua milik masyarakat kurang mampu biasanya membeli BBM yang dijual di kios-kios eceran yang harganya pasti lebih mahal dari SPBU. Harga BBM yang bersubsidi di kios-kios. Jadi jika subsidi ini diteruskan saya rasa hanya akan buang-buang uang dari APBN karena hanya kalangan menengah ke atas saja yang menikmati subsidi ini.
Subsidi memang sangat membantu masyarakat kurang mampu untuk menjangkau harga BBM. Tapi kalau dibiarkan terus menerus, subsidi yang diberikan oleh pemerintah akan menggerogoti keuangan negara dalam APBN. Tahun 2003-2004, Presiden Megawati Sukarnoputri menghadapi masalah klasik, yaitu membengkaknya subsidi BBM. Harga bensin Premium saat itu adalah Rp 1810/liter dan cukup menggerogoti APBN kita. Harga tersebut ditetapkan pada 1 Januari 2003 dan bertahan sampai akhir kepemimpinan Megawati Sukarnoputri. kemudian kemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono merevisi harga premium pada 1 Maret 2005 menjadi Rp 2400/liter. Dan yang kedua pada 1 Oktober 2005 dengan kembali merevisi harga Premium menjadi Rp 4500/liter. Harga Rp. 4500/liter ini bertahan sampai sekarang ini.
Pada tahun 2011 yang lalu pemerintah menambahkan subsidi BBM sebesar Rp.33,823 triliun, yang semula hanya Rp. 95,5 triliun. Sehingga total subsidi BBM tahun 2011 adalah Rp. 129,723 triliun. Hal ini dilakukan karena adanya lonjakan penggunaan BBM bersubsidi secara nasional. Namun tetap saja pertamina merugi, total kerugian penyaluran BBM bersubsidi ada di kisaran angka Rp. 2 triliun. Di tahun 2009 kerugian mencapai Rp. 4,9 triliiun dan di tahun 2010 mencapai Rp. 2,5 triliun. Ini merupakan gambaran bahwa 3 tahun terakhir dana anggaran untuk BBM bersubsidi semakin meningkat untuk menutupi kerugian di pihak pertamina. Padahal jika dibandingkan dengan anggaran pangan yang sangat dibutuhkan oleh rakyat miskin jumlahnya jauh lebih besar.
Peningkatan jumlah anggaran ini tidak lepas dari pemakaian BBM bersubsidi yang sangat besar. Pemakaian BBM bersubsidi yang semakin besar didorong oleh beberapa faktor seperti :
1.      Bertambahnya penggunaan kendaraan bermotor baik roda 4, bis, truk, maupun roda 2.
2.      Penambahan mesin-mesin industri bagi pihak perusahaan (terutama swasta).
3.      Energi pembangkit listrik yang baru (karena sekarang PLN sudah menjadi perusahaan swasta).
4.      Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Jika hal ini terus dibiarkan akan mennyebabkan kerugian Negara yang semakin membengkak yang pada akhirnya rakyat kecillah yang merasakan akibatnya. Kemiskinan akan semakin merajalela tentunya.

3.      Dampak Pembatasan Subsidi BBM
Setelah sekian lama masyarakat difasilitasi oleh pemerintah dengan subsidi BBM, akhirnya di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diberlakukan gebrakan yang sangat sensasional. Mulai dari menaikkan BBM industri di tahun 2007, pengurangan subsidi di awal 2008 dan rencananya akan dibatasi pada tahun 2012 ini.
Tentunya hal ini sangat meresahkan masyarakat Indonesia khususnya bagi rakyat kecil dan dunia usaha mikro serta makro. Mereka terpaksa merogoh kocek lebih dalam untuk kehidupan sehari-hari dan untuk melanjutkan usaha mereka. Rumah tangga ( masyarakat miskin ) adalah pihak yang paling merasakan beban berat akibat kenaikan bahan bakar minyak. Meningkatnya biaya untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan atau kemampuan daya beli menyebabkan masyarakat semakin terpuruk dalam kondisi yang miskin dan menjerat. Hal ini terjadi karena Masyarakat kurang disiapkan sejak awal untuk menggunakan energi secara hemat dan tidak diarahkan untuk menggunakan sumber energi alternatif. Sarana dan prasarana pelayanan publik yang sangat terbatas dan tidak diimbangi dengan pemeliharaan yang memadai sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat (misalnya sarana transportasi umum).
Namun menurut Adam ( kontan.co.id, Senin 20 februari 2012 ), ekonom LIPI pembatasan BBM bersubsidi malah meningkatkan presentase inflasi sebesar 0,77%. Inflasi ini kemudian memicu naiknya harga-harga komoditi lainnya. Pembatasan BBM bersubsidi juga belum tentu menghasilkan surplus.
Menurut pemerintah dengan pembatasan subsidi BBM maka akan bermanfaat dalam meningkatkan ketahanan energi, pengurangan penggunaan BBM dan peningkatan diversifikasi energi. Selain itu, pemerintah juga berdalih bahwa pembatasan BBM bersubsidi mendukung program langit biru dan pengurangan emisi gas rumah kaca dan penghematan volume BBM bersubsidi untuk tahun 2012 diperkirakan sebesar 2,5 juta kiloliter (KL) dari kuota volume APBN sebesar 40 juta KL. Sehingga penghematannya dapat direalokasikan untuk belanja infrastruktur energi, sarana dan prasarana angkutan umum, anggaran pendidikan dan cadangan resikofiskal. Pemerintah juga merencakan mengalihkan anggaran untuk BBM bersubsidi ke bidang lainnya seperti kompensasi untuk rakyat kurang mampu dan pengadaan bahan-bahan pokok. Pemerintah berencana akan mengalihkan BBM bersubsidi menjadi BBG ( bahan bakar gas ) yakni CNG dan LGV. Namun masalahnya infrastuktur untuk diversifikasi masih belum memadai. Tentu saja hal ini akan menimbulkan polemic yang lebih lanjut seperti terjadinya kelangkaan bahan bakar.
Selain itu, para elit politik juga seakan-akan menggunakan opsi pembatasan BBM bersubsidi ini untuk mengadu kekuatan politik dan saling menjatuhkan. Sehingga penetapan kebijakan tentang pembatasan BBM bersubsidi ini berjalan alot dan seakan diulur-ulur. Akibatnya rakyat kecil lagi yang menderita dengan adanya spekulasi ekonomi di masyarakat banyak. Spekulasi ekonomi ini bisa memngakibatkan naiknya harga bahan-bahan pokok dan kebutuhan hidup lainnya.
4.      Solusi Mengatasi Polemik Pembatasan BBM Bersubsidi
Wacana pemerintah untuk melakukan pembatasan BBM bersubsidi dan mengkonversinya ke BBG menimbulkan polemic di kalangan masyarakat. Ada yang pro namun ada pula yang kontra. BBG yang rencananya akan menggunakan CNG ( compressed natural gas ) dan LGV ( liquefied gas for vehicle ).
BBG ( bahan bakar gas ) atau LNG (Liquefied natural gas ) adalah gas alam yang telah diproses untuk menghilangkan ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan kemudian dikondensasi menjadi cairan pada tekan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -160° Celcius. LNG menawarkan kepadatan energi yang sebanding dengan bahan bakar petrol dan diesel dan menghasilkan polusi yang lebih sedikit, tetapi biaya produksi yang relatif tinggi dan kebutuhan penyimpanannya yang menggunakan tangki cryogenic yang mahal telah mencegah penggunaannya dalam aplikasi komersial.
LGV merupakan bahan bakar gas yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor yang menggunakan spark ignition engine terdiri dari campuran propane (C3) dan butane (C4). Singkatnya, LGV merupakan LPG untuk kendaraan. Kualitas pembakaran LGV setara dengan RON 98 dan ramah lingkungan. Tekanannya berkisar antara 8-12 bar, jauh lebih kecil ketimbang CNG yang tekanannya mencapai 200 bar. Harga LGV lebih tinggi dibandingkan dengan BBM bersubsidi, tetapi lebih rendah dari harga BBM non subsidi. LGV lebih fleksibel digunakan untuk daerah-daerah yang jauh dari sumber gas atau tidak memiliki pipa gas bumi.Sedangkan Compressed Natural Gas (CNG) merupakan bahan bakar gas yang dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. CNG disimpan dan didistribusikan dalam bejana tekan, biasanya berbentuk silinder. CNG memiliki tekanan 200 bar, dengan tangki yang lebih besar ketimbang LGV. CNG telah digunakan di berbagai negara, terutama untuk transportasi umum. Di Indonesia, angkutan umum yang telah menggunakan CNG, antara lain bus Transjakarta. Harganya Rp 3.100 per liter setara premium (lsp) dan rencananya akan dinaikkan menjadi Rp 4.100 per lsp. CNG digunakan di daerah-daerah yang memiliki sumber gas atau terdapat pipa gas bumi. Tak mengherankan kalau SPBG CNG terbatas jumlahnya.
CNG kadang-kadang dianggap sama dengan LNG. Walaupun keduanya sama-sama gas alam, perbedaan utamanya adalah CNG adalah gas terkompresi sedangkan LNG adalah gas dalam bentuk cair. CNG secara ekonomis lebih murah dalam produksi dan penyimpanan dibandingkan LNG yang membutuhkan pendinginan dan tangki kriogenik yang mahal. Akan tetapi CNG membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih besar untuk sejumlah massa gas alam yang sama serta perlu tekanan yang sangat tinggi. Oleh karena itu pemasaran CNG lebih ekonomis untuk lokasi-lokasi yang dekat dengan sumber gas alam. CNG juga perlu dibedakan dari LPG, yang merupakan campuran terkompresi dari propana (C3H8) dan butana (C4H10).
Beberapa pihak setuju dengan wacana konversi BBM subsidi ke BBG ini. Namun konversi ini terkendala dengan infrastruktur dan alat converter yang mahal. Sehingga tidak semua orang dapat membeli alat converter ini.
Namun, pihak-pihak yang kontra dengan konversi BBM ini menyarankan agar BBM subsidi tidak perlu dibatasi. Karena dengan membatasi BBM bersubsidi berarti meningkatkan presentase inflasi sebesar 0,77 % dengan penghematan anggaran sebesar Rp. 8,1 triliun. Sementara itu jika pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp. 500 per liter maka hanya akan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,19% dan menghemat anggaran subsidi sebesar Rp 12,7 triliun. Sedangkan jika kenaikannya Rp 1.000 per liter, maka sumbangan inflasinya cuma 0,38% dan penghematan anggarannya bisa mencapai Rp 25,5 triliun. Maka dari itu pihak yang kontra menyarankan agar BBM subsidi dinaikkan saja harganya.
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan juga sudah melakukan penghitungan sendiri. Berdasarkan kajian BKF, apabila harga BBM subsidi dinaikkan Rp 1.000 per liter maka, anggaran yang bisa dihemat mencapai Rp 21 triliun. Namun, disatu sisi tetap saja menaikkan harga BBM memberatkan rakyat kecil.
Maka solusi yang dapat kita ambil yaitu dengan menjalankan dua program sealigus. Yang pertama menaikkan harga BBM bersubsidi secara bertahap, yang pertama sebesar Rp. 500 per liter dan yang kedua sebesar Rp.1000 per liter. Disamping itu kendaraan yang dimiliki oleh orang-orang yang berpenghasilan besar dilarang menggunakan BBM bersubsidi termasuk pula pada mobil-mobi dinas pemerintah. Setelah anggaran Negara telah cukup untuk riset alat converter dan membangun fasilitas untuk BBG maka penggunaan BBG dialihkan kepada orang-orang golongan menengah ke atas dan mobil-mobil dinas pemerintah.
Dengan begitu maka anggaran Negara dapat dihemat dan dialihkan pada bidang lainnya terutama pangan, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu penggunaan Bahan Bakar Minyak dapat ditekan untuk menghemat bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui ini.


BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
·      BBM bersubsidi adalah bahan bakar minyak yang digunakan untuk kendaraan bermotor yang pembeliannya sebagian di tanggung oleh pemerintah melalui APBN ( Anggara Pendapatan Belanja Negara ) sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap rakyat miskin.
·      BBM bersubsidi yang digunakan sevara umum merupakan kebijakan ekonomi yang yang berjalan tidak adil. BBM bersubsidi yang secara konseptual diselenggarakan untuk rakyat kecil nyatanya lebih banyak digunakan oleh kalangan menengah ke atas. Akibatnya Negara merugi karena anggaran untuk BBM bersubsidi terus membengkak.
·      Dampak pembatasan BBM bersubsidi yaitu mengakibatkan kenaikan presentase inflasi sebesar 0,77%. Sehingga perekonomian Negara semakin terpuruk. Pembatasan BBM bersubsidi juga akan berdampak bagi kehidupan politik Indonesia karena para elit politik juga menggunakan opsi pembatasan BBM bersubsidi ini untuk mengadu kekuatan politik dan saling menjatuhkan.
·      Solusi untuk polemik BBM bersubsidi yaitu dengan menjalankan dua program. Yang pertama menaikkan harga BBM bersubsidi secara bertahap, yang pertama sebesar Rp. 500 per liter dan yang kedua sebesar Rp.1000 per liter. Disamping itu kendaraan yang dimiliki oleh orang-orang yang berpenghasilan besar dilarang menggunakan BBM bersubsidi termasuk pula pada mobil-mobi dinas pemerintah. Setelah anggaran Negara telah cukup untuk riset alat converter dan membangun fasilitas untuk BBG maka penggunaan BBG dialihkan kepada orang-orang golongan menengah ke atas dan mobil-mobil dinas pemerintah.

2.      Saran
ü Sebaiknya pemerintah ( eksekutif ) mempertimbangkan kondisi rakyat dalam mengambil keputusan. Khususnya dalam polemic BBM bersubsidi ini. Agar rayat tidak semakin menderita.
ü Diharapkan para wakil rakyat ( legislative ) lebih memperhatikan aspirasi rakyat ketimbang memanfaatkan opsi pemabatasan BBM bersubsidi untuk beradu kekuatan politik.
ü Diharapkan kepada para pejabat dan orang-orang golongan menengah keatas untuk menggunakan BBM non subsidi agar Negara tidak lagi menanggung beban anggaran subsidi yang besar. Menggunakan sesuatu sesuai dengan hak dan batas kemampuan kita.
ü Rakyat Indonesia diharapkan untuk mengguankan bahan bakar alternatif yang diambil dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui.
ü  Diharapkan adanya penelitian lanjutan tentang dampak-dampak pembatasan BBM bersubsidi ini agar langkah yang pemerintah ambil tidak merugikan bagi siapa pun.


DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Ainun Jariah, Reskiyah Ramadhani. 2012. Makalah Polemik Pembatasan BBM Bersubsidi.

Tidak ada komentar: