Rabu, 07 Mei 2014

Take Your Responsibility!

Saya tidak muluk-muluk ji..
 
yang saya minta itu pertanggungjawaban atas apa yang telah anda katakan..
itu sudah jadi konsekuensi dari pilihan anda..

saya tidak menuntut kesempurnaan..
satu hal yang paling saya sesali adalah kenapa anda menyanggupi hal yang  tidak bisa anda pertanggung jawabkan..

saya menilai, dan saya kecewa..
sekian..

Selasa, 11 Februari 2014

-Menunda-



Makassar, 11 februari 2014
Selasa, 23:18 WITA

Nama.. Ainun Jariah Yusuf, bisa dipanggil Ainun. Umur 19 tahun. Mahasiswi semester 4  Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas. Hobi.. *blablablablanla*…*de.el.el*…
Well, it’s me! :D

Tanpa terasa, perjalanan saya sudah cukup jauh. 1,5 tahun melepaskan diri dari status anak sekolahan. Dan sudah 1,5 tahun pula menyandang gelar mahasiswa. Jika “maba” disebut sebagai masa transisi, kini sudah bukan jamannya lagi. Ini waktunya saya mengukuhkan diri jadi mahasiswa *bede*.

Berhubung 1,5 tahun itu bukan waktu yang cepat, Di kurun waktu itu, saya sudah melewati berbagai macam dan bentuk proses. proses berpikir, proses bersosialisasi, *bla..bla..bla*, bahkan proses pendewasaan. Nah, bagaimana hasilnya? Adakah yang berubah dari saya?

Tidak perlu memberikan “tanda tanya besar” pada pertanyaan itu. Jawabannya dengan cepat akan saya temukan di mesin pencari paling canggih yang diciptakan Tuhan dengan cara introspeksi diri.
Sayangnya, ada beberapa hal yang belum dapat saya rubah. Salah satunya, kebiasaan MENUNDA!
Terlepas dari streotip, bahwa orang bergolongan darah O suka menunda.  -_-“

Hari ini, tanpa sengaja saya membaca riwayat salah seorang khalifah (pemimpin) dari Bani Umayyah, beliau adalah Umar bin Abdul Azis.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdul Aziz setiap kali menyelesaikan satu pekerjaan, ia langsung mengerjakan pekerjaan yang lain. jika pada siang hari pekerjaannya itu belum selesai, ia menggunakan waktu malamnya untuk menyelesaikannya. begitu seterusnya hingga pekerjaannya selesai.

pada suatu hari ada seorang kawan lama yang berkata kepadanya “luangkanlah waktu untukku supaya kita bisa berbincang-bincang tentang masa muda kita dulu?”.

umar menjawab, “setelah hari itu (hari pengangkatanku menjadi khalifah) tidak ada waktu luang bagiku”. kisah ini diceritakan oleh Fatimah binti Abdul Malik.

Dalam riwayat yang lain..
Pada suatu hari Umar dihadapkan pada pekerjaan yang menumpuk hinggaia letih dan capai. Pada kondisi seperti itu ada seorang kawan yang berkata, “tunda saja pekerjaan itu sampai esok”

Umar menjawab ” pekerjaan satu hari saja sudah menyebabkanku letih, bagaimana jika pekerjaan yang seharusnya dilakukan dalam dua hari digabung menjadi satu hari?

Dalam bacaan lain, seseorang berkata seperti ini; “Besok dalah waktunya orang-orang yang lemah yang tidak mampu mengatur waktunya dengan baik.”
Semoga riwayat itu, menjadi bahan pembelajaran tidak  hanya untuk saya. Tapi juga untuk orang-orang yang telah menyempatkan waktunya membaca tulisan ini. Saya bisa merubah kebiasaan buruk itu, dan saya yakin bisa! :)

Rabu, 05 Februari 2014

Aku, Sesal dan Ego



sumber

Makassar, 3 February 2014
Senin, 00.03 WITA
Inilah aku yang hidup dan bersahabat dengan benteng berlapis-lapis, padang rumput yang tidak terlalu luas, rumah kecil dengan satu jendela kaca, dan selimut tebal nan rapuh.

Sesal ku kembali datang. Sesalu saja ia berkunjung, meski terkadang tidak ku inginkan. Kali ini ia datang karena sebuah panggilan. Tapi ku yakin bukan aku yang memanggilanya. Undangan itu datang dari seseorang yang mengacau di pintu kecil, disalah satu lapisan bentengku. Sebuah pintu dengan daunnya yang selalu ku jaga selama ini. Sesal ku meronta, karena kekacauan itu terlampau rumit dan merusak daun pintu ku. Si pengacau tidak datang sendiri dan bodohnya ia bertingkah lugu di depanku.

Tidakkah kau tau, aku juga hidup bersama ego. Ia akan keluar dari zona nyamannya, rumah kecilku, ketika salah satu temannya datang berkunjung, Sesal! Ego tahu seseorang telah berbuat kekacauan di salah satu lapisan bentengku. Dan bukan ego jika ia tidak memperbaiki pintu itu. Kali ini tanpa daun pintu. Tertutup Rapat! Tidak hanya sampai disitu, ego akan membantu ku membangun lapisan-lapisan benteng baru. Hingga sekarang lapisan benteng ku… ah sudahlah, aku terlalu malas untuk menghitungnya. Toh, hanya aku yang bisa melihatnya.

Jika ada yang berkata aku egois, akan ku benarkan saja. Itu adalah konsekuensi karena aku hidup dan bersahabat dengan ego. Walau terkadang, ia tidak dapat ku kendalikan, tapi setidaknya ia setia! ~,~
_DTA From Runningman

Senin, 03 Februari 2014

Berproses dengan Bebat

Makassar, 31 januari 2014
Jumat, 22.30 WITA

Angin malam kalap menerpa wajah ku. Sekelumit pikiran menari-nari di benakku, terasa menambah bebat di dada. MENAMBAH! Karena yang sebelumnya belum sempat ku lepas. Sulit memang, tapi inilah proses.
Tapi sadarkah kau, jika ini adalah proses maka bebat itu tidak akan pernah sepenuhnya terlepas..  Dan berproses adalah apakah kita mampu melepas bebat itu dengan perlahan atau malah terpuruk karenanya.

Minggu, 15 Desember 2013

AKU dan HUJAN

Makassar
18.56 WITA, 13 Desember 2013.

Ketika tetesan air itu perlahan turun, angin kalap menerpa wajahku, berpacu dalam kecepatan. Berdalih menghindari hujan.
Dalam diam.. kenapa harus menghindari hujan?? Bukankah hujan adalah anugerah tuhan?? Apa yang salah dengan tetes-tetes air itu??

Terlepas dari kenyataan bahwa aku harus mendekap kedua tangan ku rapat-rapat, kedinginan! Ternyata ada banyak makna di balik hujan. Hujan mengantarkan tetes kehidupan ke bumi. Tidak hanya itu!
Sepotong cerita mengantarkan ku pada kedalaman makna hujan itu..
“Pernah berpikir, kenapa awan hadir lebih dahulu setiap kali hujan akan turun?”
“Tidak,” jawabku
“Bukankah artinya sudah jelas, hujan akan turun setelah muncul awan mendung di langit?” lanjutku.
“Aku punya filosofi sendiri,”
“Apa itu?”
“Karena awan paling setia. Menemani hujan hadir untuk bumi, walau setelahnya hujan berlalu begitu saja, meninggalkan awan di atas sana.”

Tapi di perspektif lain, hujan berada di posisi yang berbeda.. Tuhan telah menitipkan pesan bisu nan dalam di bulir-bulir kehidupan itu. 

Hujan turun, menggenang, kemudian lenyap. Terkadang, kita melihat langit yang begitu cerah namun tiba-tiba hujan turun lalu reda begitu saja. Ya, karena hujan tidak perah tahu, kapan ia akan pergi dan kapan akan kembali lagi. Diposisi yang sama, hujan tak pernah memilih harus hadir dalam keadaan seperti apa. Dia bahkan tidak pernah tau akan jatuh di tempat yang seperti apa.
Yang hujan tau, ia telah menjalankan apa yang diamanahkan padanya. 

Ku temukan diriku terkadang mengabaikan hal-hal kecil, yang sebenarnya Tuhan ciptakan untuk alasan yang jauh lebih besar. Hal-hal yang patut ku syukuri keberadaannya. Hari ini lewat Hujan, Alam kembali menjadi guru. Menggurui ku untuk tidak lupa selalu bersyukur!

Rabu, 27 November 2013

Mimpi Buruk!

"Rumah Lebah".. jangan sangka novel dengan judul dan sampul yang menurut ku tidak menggambarkan apa yang akan di sajikan di dalamnya..
sejalan dengan itu, jalan ceritanya yang *anti mainstream* dan konflik di dalamnya tidak akan terduga..
Novel ini membuat ku mengerti apa dan bagaimana itu mimpi buruk!

"Tak ada yang tahu kapan biji tanaman jarak pecah karena dia selalu mengelabui. Jadi, saat mimpi buruk bercerita tentang pembunuhan yang terjadi atas dirimu, anggaplah sebagai gladi kotor kematian mu. Karena kematian memang selalu mengelabui dan datang tiba-tiba. Bersiap-siaplah selalu…."

Senin, 18 November 2013

Baik dan Jahat

sumber

...Mungkin pertarungan antara Baik dan Jahat berlangsung tiap saat dalam hati setiap manusia. Hati manusia adalah medan pertarungan bagi semua malaikat dan iblis; demi menguasai hati manusia; keduanya berjuang sedikit demi sedikit selama ribuan milennium, sampai salah satu dari mereka akhirnya menaklukkan lawannya...

 ~Devil and Miss Prym~