Penerbitan
kampus universitas hasanuddin Identitas, mengadakan dikdas jurnalistik yang
ke-39. Saya dan beberapa teman dari korps mahasiswa komunikasi ( kosmik ) unhas
mengikuti kegiatan bertemakan “ungkap ketidaktahuan dengan jurnlistik” yang
diadakan di Lec Athirah Baruga Antang ini. Tepatnya pada tanggal 15-17 maret
2013. Dalam kegiatan ini, pesertanya tidak hanya dari kalangan mahasiswa unhas,
tetapi juga dari beberapa perguruan tinggi di Makassar. Bahkan ada yang dari
kalangan militer dan pelajar SMA.
Para peserta kegiatan berbaur
menjadi satu tanpa memandang asal institusi. Karena kami dibagi kedalam 10
kelompk. Masing-masing kelompok dinamai sesuai dengan rubrik yang ada di Koran
identitas. Mulai dari laput, civitas, koridor, kampusiana, dan lain-lain.
Dalam dikdas kali ini kami menerima
berbagai macam materi yang dibawakan oleh para jurnalis professional.
Materi-materi itu tentu saja sangat bermanfaat bagi kami para peserta yang
memang sangat tertarik dengan dunia jurnalistik. Materi pertama yang kami
terima bertemakan “sepuluh elemen dasar jurnalistik” yang dibawakan oleh Upi
Asmaradana. Beliau selaku fasilitator acara ini juga membagikan pengalamannya
menjadi seorang jurnalis. Menurut bang upi, jurnalis adalah pilar demokrasi
karena menyuarakan aspirasi rakyat yang tidak didengar oleh para wakil rakyat.
Beliau juga menambahkan bahwa tugas utama seorang jurnalis adalah membuat orang
yang tidak tahu menjadi tahu.
Dalam materi pertama ini, saya dapat
pengetahuan baru bahwa tugas seorang jurnalis bukan hanya sekedar mencari
berita. Tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial yang besar kepada masyarakat.
Karenanya seorang jurnalis harus loyal kepada dalam memberitakan kebenaran.
Materi kemudian dilanjutkan oleh
ketua dewan pers, bapak agus sudibyo. Beliau membawakan materi menngenai “ kode
etik jurnalistik dan problem penegakannya”. Hal yang paling mendasar yang saya
dapat dari materi ini adalah bagaimana konfirmasi dan verifikasi data dalam
berita itu sangat penting. Ketika pelanggaran kode etik jurnalistik tetap
terjadi, maka semakin banyak orang yang tidak nyaman dengan kebebasan pers.
Padahal kita tahu bahwa kebebasan pers di Indonesia bukan hal yang gampang kita
raih. Butuh perjuangan panjang untuk itu. Di materi ini beliau juga menjelaskan
bagaimana kode etik jurnalistik ini bisa dijungkir balik atau diberikan
pengecualian untuk liputan yang konteksnya berupa investigasi. Namun,
konsekuensi harus ditanggung oleh pribadi yang meliput.
Di materi selanjutnya peserta
mendapatkan materi mengenai “teknik wawancara”. Di jaman sekarang wawancara
tidak lagi harus bertatap muka, tetapi lebih fleksibel dengan memanfaaatkan
media dan teknologi yang ada. Namun, wawancara langsung tetap lebih bernilai
karena dibutuhkan gesture dari narasumber yang akan melengkapi berita.
Materi
terakhir yang kami dapatkan di hari pertama adalah “straight dan feature news”.
Dalam materi ini peserta dijelaskan mengenai teknik-teknik menulis berita, baik
itu straight maupun feature. Ada banyak hal baru yang saya dapatkan dimateri
ini, termasuk perbedaan mendasar dari straight dan feature news. Di akhir sesi
materi ini, para peserta diberi tugas membuat straight news dan feature news
dalam waktu kurang dari 10 menit. Sebuah tantangan baru untuk saya, belajar
memahami bahwa seorang jurnalis harus patuh pada deadline.
Dihari
kedua, materi yang peserta terima lebih bersifat teknik. Mulai dari menulis
berita sampai pada membuat media. Sebuah kutipan yang sangat berkesan saya
dengar di materi pertama yang berjudul “menulis berita”, yang dibawakan oleh
Sukriansyah Latief. “ bad news is good news, but good news is the best news”.
Kutipan ini diharapkan dapat mengubah persepsi para jurnalis kedepannya agar
tidak hanya mencari berita yang buruk-buruk. Cobalah untuk membuat berita yang
sifatnya lebih positif.
Kemudian
berlanjut kemateri kedua dan ketiga, yang berjudul “fiksi dan non-fiksi” serta
“merencanakan tulisan”. Dalam kedua materi ini, saya mendapatkan sebuah
motivasi bahwa kunci seorang jurnasis adalah membaca. Di materi ke empat, ada
hal baru yang saya dan teman-teman dapatkan. “foto jurnalistik”. Ternyata foto
juga bisa dijadikan berita, karena bisa memuat unsur 5W+1H. memotret untuk foto
jurnalistik berarti memotret sesuatu yang kontras dan saling berhubungan.
Setelah
menutup materi “foto jurnalistik”, dilanjutkan dengan materi “layout”. Di
materi ini peserta diajarkan bahwa layout sangat dibutuhkan agar memudahkan
public untuk membaca berita. Tidak hanya itu, peserta juga diperlihatkan bagaimana
teknik mendesain sebuah poster dengan menggunakan software Adobe Photoshop.
Kegiatan
terus berlanjut hingga malam hari. Setelah semua materi selesai, para peserta
ditugaskan untuk membuat media sendiri. Dikhususkan untuk madding. Madding yang
dibuat harus memuat banyak rubric-rubrik yang telah ditentukan oleh panitia.
Tidak lupa dengan embel-embel deadline yang hanya 1 jam.
Hari
terakhir, para peserta mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan ketua umum
Aliansi Jurnalis Indonesia. Setelah itu, kami ditugaskan untuk turun langsung
kelapangan untuk meliput. Peserta dibagi kedalam 6 kelompok, saya masuk kedalam
kelompok 4. Tempat peliputan kami adalah karebosi link ( karlink ).
Dikesempatan ini, saya benar-benar merasa menjadi seorang jurnalis.
Ini
adalah pengalaman pertama saya meliput di ruang publik, yang ternyata tidak
semudah penggambaran saya. Kelompok peliputan saya, harus menghadapi masalah
perizinan dari pihak pengembang security karlink. Namun, ada hikmah dibalik
masalah itu. Perdebatan kami dengan pihak security menjadi inspirasi untuk
membuat sebuah bulletin dengan headline “ ruang public dengan segudang aturan”.
Tim Liputan Karlink |
Melalui
kegiatan ini, saya mendapatkan banyak hal baru yang tidak saya temui dibangku
kuliah. Pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang berharga yang tidak semua
mahasiswa bisa merasakannya. Menjadi jurnalis itu bukan hal mudah, harus
disiplin. Pada waktu, pekerjaan, bahkan pada diri sendiri. Apa yang saya
dapatkan di dikdas ini akan saya manfaatkan di masa depan, ketika saya sudah benar-benar
berhadapan dengan pekerjaan dan kompetisi.