Makassar
18.56 WITA, 13 Desember 2013.
18.56 WITA, 13 Desember 2013.
Ketika tetesan air itu perlahan turun, angin kalap
menerpa wajahku, berpacu dalam kecepatan. Berdalih menghindari hujan.
Dalam diam.. kenapa harus menghindari hujan??
Bukankah hujan adalah anugerah tuhan?? Apa yang salah dengan tetes-tetes air
itu??
Terlepas dari kenyataan bahwa aku harus mendekap kedua tangan ku rapat-rapat, kedinginan! Ternyata ada banyak makna di balik hujan. Hujan mengantarkan tetes kehidupan ke bumi. Tidak hanya itu!
Terlepas dari kenyataan bahwa aku harus mendekap kedua tangan ku rapat-rapat, kedinginan! Ternyata ada banyak makna di balik hujan. Hujan mengantarkan tetes kehidupan ke bumi. Tidak hanya itu!
Sepotong cerita mengantarkan ku pada kedalaman makna
hujan itu..
“Pernah berpikir, kenapa awan hadir
lebih dahulu setiap kali hujan akan turun?”
“Tidak,” jawabku
“Bukankah artinya sudah jelas, hujan
akan turun setelah muncul awan mendung di langit?” lanjutku.
“Aku punya filosofi sendiri,”
“Apa itu?”
“Karena awan paling setia. Menemani
hujan hadir untuk bumi, walau setelahnya hujan berlalu begitu saja,
meninggalkan awan di atas sana.”
Tapi di perspektif lain, hujan berada di posisi yang
berbeda.. Tuhan telah menitipkan pesan bisu nan dalam di bulir-bulir kehidupan
itu.
Hujan turun, menggenang, kemudian lenyap. Terkadang,
kita melihat langit yang begitu cerah namun tiba-tiba hujan turun lalu reda
begitu saja. Ya, karena hujan tidak perah tahu, kapan ia akan pergi dan kapan
akan kembali lagi. Diposisi yang sama, hujan tak pernah memilih harus hadir
dalam keadaan seperti apa. Dia bahkan tidak pernah tau akan jatuh di tempat
yang seperti apa.
Yang hujan tau, ia telah menjalankan apa yang
diamanahkan padanya.
Ku temukan diriku
terkadang mengabaikan hal-hal kecil, yang sebenarnya Tuhan ciptakan untuk
alasan yang jauh lebih besar. Hal-hal yang patut ku syukuri keberadaannya. Hari
ini lewat Hujan, Alam kembali menjadi guru. Menggurui ku untuk tidak lupa
selalu bersyukur!