Senin, 08 April 2013

NASIONALISME INDONESIA

http://www.indonesiaberprestasi.web.id/wp-content/uploads/2010/12/0924416620X310.jpg

Nasionalisme dikenal juga sebagai satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Berbicara tentang nasionalisme Indonesia, perlu dicatat bahwa kita tidak dapat menyamakan begitu saja dengan nasionalisme Barat. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme berlandaskan Pancasila. Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung Karno disebut Socio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain. Maka nasionalisme Indonesia berbeda dengan nasionalisme Barat yang bisa menjurus kepada sikap ethnonationalisme (nasionalisme sempit) yang membenci bangsa atau suku bangsa lain, menganggap bangsa atau suku bangsa sendirilah yang paling bagus, paling unggul, sesuai dengan individualisme Barat.
Nasionalisme Indonesia memiliki dua unsur. Pertama, kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan, dan penindasan dari bumi Indonesia. Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam Sumpah Pemuda dan Proklamasi serta dalam Pembukaan UUD 1945.
    Memudarnya nasionalisme, yang terutama disebabkan begitu tingginya ketidak-adilan; korupsi yang merajalela dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang tidak diselesaikan secara tuntas lewat jalur hukum dan lain-lain
Nasionalisme kita sekarang bukan berkaitan dengan penjajah, atau terutama terhadap perilaku ekspansif atau agresor Negara tetangga, melainkan harus dikaitkan dengan keinginan untuk memerangi semua bentuk penyelewengan, ketidak-adilan, perlakuan yang melanggar HAM dan lai-lain. Artinya nasionalisme saat ini adalah usaha untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan Negara dari kehancuran akibat korupsi dan penyalah-gunaan kekuasaan.

Rabu, 03 April 2013

DAN KETIKA SENJA

sumber : http://pixabay.com/static/uploads/photo/2012/06/04/07/27/sunset-49383_640.jpg?i

Hari itu, dalam suasana yang hangat terlintas sebuah memori indah yang membuat saya dan beberapa teman merenung. Merenungkan lebih jauh tentang sebuah pergeseran. Yang membuat kami mau tidak mau membandingkan “senja” kami di masa lalu dan “senja” yang kami nikmati sekarang.
          Disenja itu, langit sedang mendung. Saya dan beberapa teman sedang berusaha mengumpulkan sisa tenaga untuk beranjak dari Kampus. Lelah mungkin yang membuat salah seorang dari kami malah termenung. Bernostalgia dengan cuaca yang lembab. Di jam, cuaca dan suasana seperti ini, dulu adalah “jam bermain”. Serempak kami mengiyakan. Karena memang betul, kami dari generasi yang sama dan besar dizaman yang sama.
          Dulu, ketika sore mulai meninggalkan singgsananya, itu adalah waktu terbaik untuk kami bersosialisasi dengan teman sepermainan alias “teman satu kompleks”. Dengan nada panggilan yang serupa tapi tak sama “Ainun.. main-main ki”. Berlarian kesana kemari adalah hal biasa.  Bermain “kude’deng” dengan anak satu lorong itu normal. Main petak umpet dengan anak satu kompleks itu luar biasa.
         Pemandangan yang juga tidak kami lupakan, ketika anak-anak itu sibuk bermain dengan sesamanya, para orang tua juga punya kesempatan untuk menyapa satu sama lain. Hingga Suasana sangat kental dengan rasa kebersamaan dan persaudaraan.
        Saat warna jingga menguasai horizon di ufuk barat, sayup-sayup terdengar lantunan ayat suci dari mesjid kompleks. Dengan serta merta para oang tua mengajak kami pulang. “pulang meki mandi nak, magrib mi”.
            Sekarang, senja itu telah berubah di mata kami. Di kompleks tempat kami tinggal sudah jarang kami mendengar riuh rendah suara anak-anak yang berlarian. Atau mungkin kami yang jarang di rumah.. hehehe. Tapi tidak. Anak jaman sekarang lebih suka bermain di dalam rumah, mungkin karena cuaca yang semakin panas atau karena “The Power of Gadget”.
         Bukan hanya itu yang kami rasakan. Di langit senja ada yang berubah. Jingga itu tidak lagi secerah dulu. Jingga itu hanya tinggal siluet-siluet warna yang nyaris tenggelam di antara awan kelabu. Sangat berbeda dengan apa yang kami lihat dulu.
                Apa ini yang dinamakan perubahan zaman ?? kenapa malah kami merasa ada yang hilang. Bingung harus menanggapinya dengan cara bagaimana. Memang perubahan zaman itu membawa kesejahteraan, tapi ada sisi yang hilang dari situ. Ini kah yang diinginkan oleh zaman ??