![]() |
| sumber : http://pixabay.com/static/uploads/photo/2012/06/04/07/27/sunset-49383_640.jpg?i |
Hari itu,
dalam suasana yang hangat terlintas sebuah memori indah yang membuat saya dan
beberapa teman merenung. Merenungkan lebih jauh tentang sebuah pergeseran. Yang
membuat kami mau tidak mau membandingkan “senja” kami di masa lalu dan “senja”
yang kami nikmati sekarang.
Disenja
itu, langit sedang mendung. Saya dan beberapa teman sedang berusaha
mengumpulkan sisa tenaga untuk beranjak dari Kampus. Lelah mungkin yang membuat
salah seorang dari kami malah termenung. Bernostalgia dengan cuaca yang lembab.
Di jam, cuaca dan suasana seperti ini, dulu adalah “jam bermain”. Serempak kami
mengiyakan. Karena memang betul, kami dari generasi yang sama dan besar dizaman
yang sama.
Dulu, ketika sore mulai meninggalkan
singgsananya, itu adalah waktu terbaik untuk kami bersosialisasi dengan teman
sepermainan alias “teman satu kompleks”. Dengan nada panggilan yang serupa tapi
tak sama “Ainun.. main-main ki”. Berlarian kesana kemari adalah hal biasa. Bermain “kude’deng” dengan anak satu lorong
itu normal. Main petak umpet dengan anak satu kompleks itu luar biasa.
Pemandangan
yang juga tidak kami lupakan, ketika anak-anak itu sibuk bermain dengan
sesamanya, para orang tua juga punya kesempatan untuk menyapa satu sama lain.
Hingga Suasana sangat kental dengan rasa kebersamaan dan persaudaraan.
Saat
warna jingga menguasai horizon di ufuk barat, sayup-sayup terdengar lantunan
ayat suci dari mesjid kompleks. Dengan serta merta para oang tua mengajak kami
pulang. “pulang meki mandi nak, magrib mi”.
Sekarang,
senja itu telah berubah di mata kami. Di kompleks tempat kami tinggal sudah
jarang kami mendengar riuh rendah suara anak-anak yang berlarian. Atau mungkin
kami yang jarang di rumah.. hehehe. Tapi tidak. Anak jaman sekarang lebih suka
bermain di dalam rumah, mungkin karena cuaca yang semakin panas atau karena “The
Power of Gadget”.
Bukan
hanya itu yang kami rasakan. Di langit senja ada yang berubah. Jingga itu tidak
lagi secerah dulu. Jingga itu hanya tinggal siluet-siluet warna yang nyaris
tenggelam di antara awan kelabu. Sangat berbeda dengan apa yang kami lihat
dulu.
Apa
ini yang dinamakan perubahan zaman ?? kenapa malah kami merasa ada yang hilang.
Bingung harus menanggapinya dengan cara bagaimana. Memang perubahan zaman itu
membawa kesejahteraan, tapi ada sisi yang hilang dari situ. Ini kah yang
diinginkan oleh zaman ??

Tidak ada komentar:
Posting Komentar